Influencer Jadi Korban Penipuan di TikTok, Ancaman Keamanan Digital Kian Nyata
Influencer Jadi Korban Penipuan di TikTok, Ancaman Keamanan Digital Kian Nyata (Foto: dok. TikTok)
Dunia digital yang selama ini menjadi ruang berkarya bagi para influencer ternyata juga menyimpan ancaman serius. Tak hanya masyarakat umum, kini influencer ikut menjadi korban penipuan online di TikTok, mulai dari pencatutan nama hingga penyalahgunaan identitas untuk menipu publik.
Fenomena ini diungkap dalam Konferensi Pers #AmanDiTikTok yang digelar di Jakarta, Selasa (16/12. Dalam paparannya, Hilmi menyebutkan bahwa tantangan keamanan digital semakin kompleks seiring berkembangnya pola kejahatan di ruang online.
"Bicara tentang keamanan digital, tidak hanya hoaks atau judul online, tapi juga isu penipuan online. Tantangannya semakin besar karena semakin banyak hal yang bisa dimanipulasi oleh para pelaku kejahatan," ujar Hilmi.
Ratusan Ribu Konten Penipuan Dihapus TikTok
Sepanjang paruh pertama 2025, TikTok telah mengambil langkah tegas dengan menghapus sekitar 232 ribu konten yang terindikasi penipuan. Tak hanya itu, platform tersebut juga menemukan lebih dari 180 ribu iklan berbayar yang mengandung unsur penipuan.
Angka tersebut menunjukkan bahwa modus kejahatan digital tidak lagi sporadis, melainkan sudah terorganisir dan masif, bahkan memanfaatkan fitur resmi seperti iklan berbayar untuk menjangkau korban lebih luas.
700-800 Korban Penipuan Online Setiap Hari
Lebih mengkhawatirkan lagi, Hilmi mengungkap bahwa setiap hari terdapat sekitar 700 hingga 800 korban penipuan online di Indonesia. Jumlah ini dinilai jauh lebih tinggi dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Tingginya angka korban menandakan bahwa literasi keamanan digital masih menjadi pekerjaan rumah besar, terutama di tengah pesatnya pertumbuhan ekonomi kreator dan influencer di media sosial.
Influencer Ikut Dicatut untuk Menipu
Dalam banyak kasus, nama influencer justru dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan untuk meningkatkan kepercayaan calon korban. Mulai dari akun palsu, penawaran kerja sama fiktif, hingga investasi bodong yang mencatut figur publik.
"Korban sebenarnya bukan hanya masyarakat umum, tapi juga banyak lembaga keuangan, bahkan banyak influencer yang dicatut namanya untuk menipu atau mendapatkan keuntungan dari praktik penipuan," jelas Hilmi.
Situasi ini membuat influencer berada di posisi ganda: sebagai korban pencatutan identitas sekaligus pihak yang namanya dipakai untuk merugikan orang lain.
Tantangan Bersama, Bukan Masalah Satu Pihak
Hilmi menegaskan bahwa persoalan penipuan digital tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak saja. Dibutuhkan kolaborasi antara platform, pemerintah, kreator, dan masyarakat untuk menciptakan ekosistem digital yang lebih aman.
"Ini adalah tantangan besar yang tidak bisa diselesaikan sendiri. Kita harus berjalan bersama-sama," tegasnya.
Kasus influencer yang menjadi korban penipuan di TikTok menjadi pengingat bahwa popularitas di dunia digital juga membawa risiko. Di tengah maraknya manipulasi dan kejahatan siber, kewaspadaan serta kerja sama lintas pihak menjadi kunci agar ruang digital tetap aman bagi semua.
(ANN/fik)
Waspada Modus Penipuan Baru! Ini Ciri Telepon Vishing yang Sedang Marak di Indonesia
Selasa, 21 Oct 2025 15:30 WIB
Waspada! Begini Cara Orang Bisa Sadap WhatsApp Tanpa Aplikasi Tambahan
Sabtu, 11 Oct 2025 19:00 WIB
Agung Karmalogy Bagikan Tips bagi Influencer Pemula agar Dilirik Brand
Kamis, 23 May 2024 13:30 WIB
Ini Arti Sleep School yang Sedang Viral di Tiktok
Rabu, 24 Apr 2024 09:00 WIB
TERKAIT