Ramalan Megathrust Jepang di Manga Ryo Tatsuki Jadi Sorotan, Ini Penjelasannya
Ramalan Megathrust Jepang di Manga Ryo Tatsuki Jadi Sorotan, Ini Penjelasannya (Foto: dok. Royumi)
Tagar #RyoTatsuki kembali muncul di media sosial pada Rabu, 30 Juli 2025, tak lama setelah gempa berkekuatan 8,7 SR mengguncang pantai timur Semenanjung Kamchatka, Rusia. Guncangan megathrust tersebut membuat warganet kembali menyoroti sosok Ryo Tatsuki, kreator manga terkenalnya, The Future I Saw.
Cuplikan panel dalam manga itu kembali viral karena dianggap menggambarkan kemungkinan terjadinya megathrust di Jepang. Banyak yang kemudian membandingkan kejadian nyata dengan isi manga tersebut, memicu diskusi soal seberapa tepat "ramalan" itu dan apa sebenarnya konteks di balik cerita yang ditulis Tatsuki. Fenomena ini membuat publik semakin penasaran dengan karya tersebut dan alasan mengapa kembali mencuat ke permukaan.
Ryo Tatsuki sendiri lahir di Kanagawa pada 2 Desember 1954. Ia dulu dikenal sebagai mangaka, sebelum akhirnya populer karena mimpi-mimpinya yang dituliskan dalam manga Watashi ga Mita Mirai atau The Future I Saw. Sejak era 1980-an, Tatsuki mengaku kerap memimpikan bencana di berbagai belahan dunia dan mencatatnya dalam buku harian mimpi. Pada Juli 1999, catatan itu akhirnya diterbitkan dalam bentuk manga yang kini memiliki tiga versi.
Banyak laporan menyebutkan bahwa beberapa mimpi Tatsuki berujung menjadi kenyataan. Hal ini membuat sebagian masyarakat menanggapi "peringatan" terbarunya dengan sangat serius.
Prediksi Masa Lalu Tatsuki yang Dianggap Terjadi
Salah satu mimpi Tatsuki yang pertama kali "terbukti" adalah mimpinya tentang vokalis Queen, Freddie Mercury, pada 1991. Beberapa bulan setelah mimpi tersebut, sang legenda dunia musik itu meninggal karena AIDS.
Lalu di tahun 1995, Tatsuki menuliskan mimpi tentang gempa dahsyat di Kobe. Beberapa waktu kemudian, gempa tersebut benar terjadi dan merenggut lebih dari 6.000 jiwa.
Nama Tatsuki kembali diperbincangkan pada 2011 ketika ia menuliskan peringatan akan adanya bencana besar di Jepang pada tahun itu. Sampul manga The Future I Saw bahkan disebut seolah memprediksi Maret 2011. Tidak lama setelah itu, gempa M 9,0 mengguncang Tohoku tepat pada 11 Maret 2011, dan memicu tsunami setinggi lebih dari 40 meter di beberapa wilayah. Bencana tersebut juga menyebabkan krisis besar di PLTN Fukushima.
Prediksi Baru untuk Tahun 2025
Dalam versi terbaru The Future I Saw yang rilis pada 2021, Tatsuki menggambarkan adanya bencana besar yang akan terjadi pada tahun 2025. Ia menuliskan tentang sebuah "celah yang terbuka di dasar laut antara Jepang dan Filipina", memicu tsunami yang diklaim lebih besar daripada tsunami Tohoku. Ia juga menggambarkan laut di selatan Jepang yang tampak seperti "mendidih", yang ia yakini terkait letusan gunung berapi bawah laut.
Tatsuki bahkan menyebut tsunami tersebut bisa tiga kali lebih besar dari tragedi 2011 dan berdampak hingga Filipina, Taiwan dan Indonesia. Dalam mimpinya, ia melihat pusat bencana berada di area berbentuk berlian yang menghubungkan Jepang, Taiwan, Indonesia dan Kepulauan Mariana Utara.
Ketika gempa magnitudo 5,4 mengguncang Kepulauan Tokara pada Sabtu pagi, 5 Juli 2025, atensi publik kembali terseret. Dalam kurun 25 Juni sampai 4 Juli, wilayah itu mengalami 1.198 gempa kecil, meski skalanya masih tergolong kecil dan jauh dari gambaran megathrust yang ditakutkan banyak orang. Lokasinya pun tidak jauh dari area yang pernah disebut di manga Tatsuki, sehingga isu prediksi ini kembali diperbincangkan.
Klarifikasi Penerbit dan Otoritas Jepang
Ryo Tatsuki dan penerbit manganya menegaskan bahwa karyanya bukan ramalan dan Tatsuki bukan peramal. Ia hanya menggambarkan mimpi kemudian diilustrasikan, bukan memberitahu kepastian waktu maupun kejadian nyata.
Meski begitu, kekhawatiran masyarakat Asia Timur melonjak. Warga di China, Thailand dan Hong Kong ramai membicarakan potensi bencana tersebut hingga angka wisatawan ke Jepang merosot tajam pada musim panas 2025. Bahkan beberapa maskapai memutuskan untuk membatalkan rute ke Jepang karena tingginya kekhawatiran publik.
Badan Meteorologi Jepang (JMA) akhirnya angkat bicara. Kepala Divisi Pemantauan Gempa Bumi dan Tsunami, Ayaka Ebita, menegaskan tidak ada hubungan antara gempa yang terjadi dengan manga Tatsuki.
JMA juga menegaskan bahwa teknologi saat ini belum mampu memprediksi waktu terjadinya gempa. "Gempa dapat terjadi kapan saja di Jepang. Tetap siaga, tetapi jangan mencampurkan fiksi dengan sains," ujar Ebita.
Dengan ramainya pembahasan ini, satu hal menjadi jelas. Fenomena Ryo Tatsuki bukan sekadar soal "ramalan", tetapi tentang bagaimana sebuah cerita dapat membentuk rasa takut, cara pandang, dan imajinasi banyak orang.
(stg/KHS)
10 Provinsi Indonesia yang Paling Sering Terendam Banjir
Selasa, 02 Dec 2025 19:30 WIB
Beda Ramalan Ryo Tatsuki-Baba Vanga soal Indonesia Kena Mega Tsunami Juli 2025
Sabtu, 12 Apr 2025 10:30 WIB
Heboh Ramalan Indonesia Diprediksi Kena Mega Tsunami Jepang pada Juli 2025
Senin, 07 Apr 2025 23:00 WIB
Cara Mudah Hadapi Gempa Bumi Tanpa Panik
Kamis, 15 Dec 2022 13:00 WIB
Berawal dari Lamunan, Ide Pandawara Ingin Beli Hutan Indonesia Banjir Dukungan
Selasa, 09 Dec 2025 17:30 WIB
Kata BMKG soal Dampak Gempa M 7,6 di Jepang terhadap Indonesia
Selasa, 09 Dec 2025 10:00 WIB
Ini Daftar 10 Manga Terlaris Tahun 2025, One Piece Masih di Posisi Pertama
Selasa, 09 Dec 2025 09:00 WIBTERKAIT