Bangganya Tya Ariestya Usai Kedua Putra Juara Taekwondo Tingkat Internasional

Jakarta, Insertlive -

Tya Ariestya membagikan kebahagiaannya setelah kedua anaknya, Kanaka dan Kalundra, berhasil meraih prestasi dalam turnamen taekwondo internasional yang digelar di Singapura.

Ajang tersebut menjadi pengalaman spesial bagi keduanya karena memiliki makna berbeda dalam perjalanan mereka sebagai atlet cilik.

Tya menjelaskan bahwa turnamen tersebut merupakan pertandingan internasional kedua bagi Kanaka.

Sementara bagi Kalundra, kompetisi itu menjadi pengalaman pertamanya turun langsung ke arena pertandingan setelah sebelumnya hanya menonton sang kakak bertanding.

"Anak-anak baru saja mengikuti turnamen taekwondo di Singapura. Ini pertandingan internasional kedua buat Kanaka, sementara buat Kalundra ini pertandingan pertamanya. Sebelumnya dia cuma nonton kakaknya," ujar Tya.

Pada bulan Desember, keduanya akhirnya bisa bertanding bersama dalam satu ajang yang sama. Tya menyebut turnamen taekwondo di Singapura tersebut sudah menjadi agenda rutin tahunan di tempat latihan anak-anaknya.

"Pertandingan taekwondo di Singapura ini memang sudah jadi agenda rutin tahunan di tempat latihan mereka. Setiap akhir tahun, pihak Singapura mengundang klub-klub taekwondo untuk bertanding," jelasnya.

Tya menegaskan bahwa keikutsertaan anak-anaknya bukan hasil mencari turnamen secara mandiri, melainkan melalui jalur undangan resmi.

"Jalur ikut turnamennya memang dari undangan resmi ke taekwondo anak-anak, bukan cari sendiri," kata Tya.

Baca Juga : Cerita soal Dosa Masa Lalu dengan Anji ke Anak, Sheila Marcia: Aku Bilang...

Meski berangkat tanpa ekspektasi berlebihan, hasil yang diraih justru di luar dugaan. Kedua anaknya berhasil menjadi juara, sesuatu yang membuatnya merasa bahagia, bangga, sekaligus tidak menyangka.

"Dua-duanya juara. Rasanya campur aduk, bahagia, bangga, dan enggak nyangka," ungkapnya.

Taekwondo menjadi olahraga favorit Kanaka dan Kalundra dibandingkan cabang olahraga lain yang mereka ikuti. Meski memiliki latar belakang sebagai atlet, Tya mengaku tetap merasa deg-degan saat melihat anak-anaknya bertanding.

"Taekwondo memang olahraga favorit mereka. Walaupun aku atlet, tetap aja deg-degan kalau lihat anak bertanding," ucap Tya.

Dalam turnamen tersebut, pertandingan dilakukan dalam dua kategori, yakni virtual reality (VR) dan kyorugi. Anak-anak yang masih di bawah umur mengikuti kategori virtual.

"Pertandingannya ada virtual dan juga kyorugi. Anak-anak yang masih di bawah umur ikut kategori virtual," jelas Tya.

Pertandingan virtual menggunakan alat khusus tanpa kontak fisik langsung. Namun, Tya menegaskan bahwa pertandingan tetap melelahkan dan menuntut stamina.

"Walaupun enggak kontak fisik langsung, tetap capek. Anak juga tetap deg-degan pas tanding," katanya.

Dalam satu hari, anak-anak bisa bertanding hingga dua kali. Bahkan, pada pertandingan pertama, Kanaka langsung melaju ke babak final.

"Dalam satu hari bisa tanding dua kali. Di pertandingan pertama, Kanaka langsung masuk final," tutur Tya.

Menariknya, lawan yang dihadapi di partai final merupakan sahabatnya sendiri dari kota yang sama.

"Lawan di final itu sahabatnya sendiri, satu kota juga," ujarnya.

Saat bertanding di kategori VR, Kanaka menunjukkan semangat besar untuk membawa pulang medali emas, dan akhirnya berhasil meraih medali.

"Pas VR itu semangat banget, pengin bawa pulang emas. Alhamdulillah dapat medali," kata Tya.

Sementara itu, Kalundra mengaku terinspirasi oleh kakaknya, bukan oleh sang ibu. Hal itu karena ia belum pernah melihat Tya bertanding secara langsung.

"Kalundra ini terinspirasi kakaknya, bukan aku. Dia belum pernah lihat aku tanding langsung karena dulu enggak ada dokumentasi," ungkap Tya.

Baca Juga : Deg-Degan Ben Kasyafani Saat Sienna Mulai Kenalkan Teman Dekat

Latihan di rumah juga kerap dilakukan, meski suasananya berbeda saat Tya melatih sendiri dibandingkan dengan pelatih profesional.

"Kalau latihan sama aku di rumah lebih santai, banyak ketawa. Kalau sama coach lebih serius," katanya.

Meski begitu, anak-anak menilai tingkat ketegasan antara ibu dan pelatih relatif sama.

"Menurut anak-anak, tingkat tegasnya aku sama coach kurang lebih sama," ujar Tya.

Persiapan latihan dilakukan hampir setiap hari di rumah, dengan fokus utama pada stamina agar anak-anak tidak cepat kelelahan. Intensitas latihan disesuaikan dengan kondisi masing-masing anak.

"Latihan hampir setiap hari, fokusnya ke stamina supaya enggak cepat capek. Intensitasnya beda-beda tiap anak," jelasnya.

Selain latihan, pola makan juga dijaga dengan makanan rumahan dan pola makan atlet.

"Pola makan dijaga, makan rumahan, pola makan atlet," ucap Tya.

Meski berprestasi, Kanaka dan Kalundra tidak bercita-cita menjadi atlet profesional. Keduanya juga mengikuti olahraga lain seperti padel dan sepatu roda.

"Mereka enggak bercita-cita jadi atlet profesional. Mereka juga ikut padel, sepatu roda. Januari nanti Kanaka ikut turnamen padel," kata Tya.

Menurut Tya, olahraga penting untuk kesehatan, sementara agama penting untuk pembentukan karakter. Hal itu tercermin dari nilai sekolah anak-anaknya.

"Nilai olahraga dan agama mereka 'sangat mahir'. Menurut aku olahraga penting buat kesehatan, agama buat karakter," ujarnya.

Perjalanan ke Singapura juga dimanfaatkan sebagai liburan keluarga selama sekitar tujuh hari.

"Sekalian liburan keluarga sekitar tujuh hari. Jalan-jalan, ketemu teman, ikut aktivitas komunitas," tuturnya.

Beragam aktivitas dijalani selama liburan, mulai dari ke studio, naik kapal, bermain sepatu roda, hingga bermain padel. Tya menyebut rencana liburan selalu didiskusikan bersama anak-anak.

"Rencana liburan selalu dibahas bareng anak-anak. Mereka juga ikut cari tahu aktivitas yang bisa dilakukan," jelasnya.

Cerita tersebut ditutup dengan momen manis saat Kanaka dan Kalundra menunjukkan medali hasil pertandingan mereka.

"Medalinya ditunjukin di akhir," tutup Tya.

(ikh/ikh)

Tonton juga video berikut: