Meisya Siregar Jalani Histeroskopi, Ungkap Pengalaman Hadapi Perimenopause di Usia 40-an

Insertlive | Insertlive
Rabu, 13 Aug 2025 21:30 WIB
Meisya Siregar Meisya Siregar Jalani Histeroskopi, Ungkap Pengalaman Hadapi Perimenopause di Usia 40-an / Foto: Insertlive
Jakarta, Insertlive -

Meisya Siregar membagikan kisah pribadinya saat mengalami pendarahan abnormal pascamenstruasi yang berlangsung hingga satu bulan.

Kondisi ini sudah ia alami dua kali dalam dua tahun terakhir. Anehnya, gejala tersebut tidak disertai rasa nyeri hebat, hanya rasa tidak nyaman seperti menjelang menstruasi.

Pemeriksaan medis menunjukkan adanya penebalan dinding rahim yang cukup signifikan. Jika normalnya hanya sekitar 5 milimeter, milik Meisya hampir mencapai 14 milimeter.

ADVERTISEMENT

Dokter juga menemukan polip dan miom kecil. Penyebab utamanya diketahui berasal dari ketidakseimbangan hormon di fase perimenopause.

Guna menangani hal tersebut, Meisya menjalani tindakan histeroskopi. Ia memilih prosedur ini dibanding kuretase karena dianggap lebih akurat, yakni menggunakan kamera untuk melihat bagian dalam rahim.

"Prosesnya cuma butuh satu hari rawat inap, minim luka luar, dan pemulihan cepat," ujar Meisya.

Sel rahim dan polip yang diangkat dikirim ke laboratorium patologi anatomi (PA) untuk memastikan sifat sel, apakah jinak atau ganas.

Saat ini, Meisya sedang menjalani pengobatan dengan obat hormonal sambil menunggu hasil PA.


Jika hasil pemeriksaan menunjukkan ketidakseimbangan hormon signifikan, ia kemungkinan akan menjalani terapi hormon estrogen.

Namun, jika hasilnya mengarah pada potensi keganasan, tindakan pengangkatan rahim total bisa menjadi opsi.

Meisya mengaku baru mengetahui bahwa perimenopause bisa terjadi sejak usia 40-an, bahkan sebelum menopause total.

Gejalanya pun sangat bervariasi, mulai dari pendarahan abnormal, perubahan mood, hingga hot flashes.

"Banyak banget perempuan usia 40-an yang mengalami hal serupa, tapi sering tidak sadar atau menyepelekan gejalanya," katanya.

Ia menegaskan, IUD (alat kontrasepsi) yang ia gunakan selama 9 tahun bukan penyebab utama pendarahan tersebut. Namun, Meisya mengingatkan bahwa IUD sebaiknya diganti maksimal setiap 5 tahun.

Mengenang awal proses, Meisya tidak menampik sempat merasa cemas dan takut menghadapi operasi, mengingat terakhir kali ia menjalani operasi sesar sembilan tahun lalu.

"Awalnya anak-anak mengira ini operasi besar, tapi saya dapat dukungan penuh dari keluarga. Bersyukur prosesnya cepat dan pemulihan lancar," tuturnya.

Melalui pengalamannya, Meisya berpesan kepada perempuan agar tidak takut memeriksakan kesehatan rahim secara detail, terutama jika mengalami gejala abnormal.

"Jangan anggap sepele gangguan hormon di usia 40-an. Itu memang alami, tapi tetap harus dikelola," tutupnya.

(ikh/and)
Tonton juga video berikut:
ARTIKEL TERKAIT
Loading
Loading
BACA JUGA
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
detikNetwork
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER