Menyusuri Kilau Kota Emas: Perjalanan Mewah Menuju Gerbang Dubai Melalui Langit Emirates

Dias Samsoerizal | Insertlive
Senin, 15 Dec 2025 18:30 WIB
Dubai Menyusuri Kilau Kota Emas: Perjalanan Mewah Menuju Gerbang Dubai Melalui Langit Emirates/Foto: InsertLive/Dias
Dubai, Insertlive -

In Dubai, you will see that the city never sleeps, and the phrase 'time is money' truly comes to life.

Kalimat ini menjadi hal pertama yang dikatakan petugas imigrasi saat InsertLive pertama kali menapaki kaki di salah satu bandara paling sibuk di dunia, Dubai International Airport (DXB). Dubai memanjakan para pelancong melalui serba mewah dan fasilitas yang mumpuni.

Lampu keemasan, koridor berkilau, desain futuristik membuat DXB seolah membuat sesuatu yang dikatakan soal Dubai sebagai kota masa depan benar-benar nyata. Mulai dari Duty-free mirip kota kecil, ruang tunggu premium yang menawarkan spa, buffet internasional hingga area tidur sampai proses imigrasi yang super cepat.

ADVERTISEMENT

Sebagai bandara yang sibuk dengan banyaknya pengunjung yang sekadar transit atau datang, DXB sering dianggap sebagai 'istana' yang benar-benar tidak pernah tidur.

DubaiDubai/ Foto: InsertLive/Dias

Bandara Dubai: Dari Kawasan Tandus hingga Jawara Langganan Penghargaan soal Hospitality

Memasuki DXB, suasananya langsung terasa berbeda. Semua terasa berbeda, serba canggih, dengan banyaknya fasilitas yang tampak sulit ditandingi. Hal ini tampaknya terbayar dengan sejumlah penghargaan yang mereka dapatkan sejak tahun 2017.

Mengulang kembali sejarah lama, Dubai International Airport atau DXB ini dimulai pada tahun 1959 di kawasan tandus dari pinggiran kota Dubai. Pada 30 September 1960, DXB dibuka hanya untuk penerbangan sipil dengan landasan awal berupa landasan pasir atau runway compacted sand serta satu terminal sederhana dan hanya bisa menampung pesawat kecil.

Seiring waktu berjalan, renovasi mulai dibangun perlahan dan secara bertahap dari tahun 1998 dengan pembukaan terminal dua, dilanjutkan tahun 2000 menaikkan ekspansi besar dengan peningkatan penumpang dari 10 juta hingga 23 juta penumpang.

Ekspansi besar masih dilanjutkan tahun 2008 dengan pembukaan terminal 3 yang menjadi terminal tunggal terbesar di dunia pada saat itu dan menjadi penanda bahwa DXB sebagai hub penting bagi penerbangan internasional.


Tahun 2013, DXB membuka Concourse A sebagai fasilitas pertama di dunia yang dibangun khusus untuk pesawat besar seperti A380. Satu tahun setelahnya secara konsisten DXB menjadi bandara dengan lalu lintas penumpang internasional tersibuk di dunia.

Satu dekade setelahnya, DXB tercatat melayani 92,3 juta penumpang yang menjadi rekor tertinggi dalam sejarahnya dengan menghubungkan ratusan destinasi di seluruh dunia, ratusan maskapai yang menjadikannya sebagai pintu gerbang internasional kelas dunia dari sekadar bandara landasan pasir hingga metropolis global.

Konsistensi ini menjadikan DXB tahun ini memegang penghargaan bergengsi dari Operational Excellence Award-AirportLabs Passenger Terminal Expo 2025, Safety Recognition Award 2025 dri ACI Asia-Pacific dan Middle East, Top Airport (WBA Honore) Travel + Leisure World's Best Awards 2025 hingga Best Airport in the Middle East" - Business Traveller Middle East Awards 2025.

Penghargaan yang didapat ini menjadikan DXB bukan hanya sekadar 'istana' super sibuk yang tak pernah menutup mata tapi juga sebagai konsistensi untuk mempertahankan hospitality bagi penumpang yang sekadar transit.

DubaiDubai/ Foto: InsertLive/Dias

Emirates Air: dari Sekadar 'Pinjam' hingga Standar Premium Lifestyle di Udara

Bicara soal Dubai dan DXB, tak lengkap bila tak bicara soal maskapai Emirates. Emirates Air pertama kali didirikan Maret 1985 oleh keluarga penguasa Dubai untuk beroperasi secara independen tanpa subsidi pemerintah.

Pertama kali terbang 25 Oktober 1985, Emirates Air berangkat dari DXB menuju Jinnah International Airport di Karachi, Pakistan menggunakan pesawat sewaan dari Pakistan International Airlines di mana saat bersamaan, rute DXB menuju Mumbai juga perdana dibuka.

Pesawat pertama Emirates Air dimiliki 3 Juli 1987 yakni Airbus A310-304 yang membuka gerbang baru sebagai maskapai mewah dalam pelayanan rute lintas benua. Bisa disimpulkan, Emirates bergerak dari pesawat sewaan hingga maskapai mewah yang menjadi ciri khas UEA.

Sebagai penumpang baru, InsertLive terpukau akan kemewahan dalam maskapai yang sangat luas dan fasilitas yang tentu memanjakan penumpang meski memakan waktu tempuh 8 jam di atas udara.

Untuk kelas ekonomi, penumpang dibuat nyaman dengan fasilitas ICE Entertainment System dengan suguhan ratusan film, konser, permainan serta program eksklusif lainnya untuk teman di atas udara.

Tak hanya itu, untuk kelas ekonomi, Emirates memberikan standar lain yang tampak sulit disaingi maskapai lain mulai dari area leg room lega, serta makanan lezat. Bicara makanan lezat, Emirates menyediakan area bar di kabin atas A380 Onboard Lounge.

Area tersebut benar-benar tampak mewah karena berada di upper deck dekat kabin Business dan First Class. Terletak di upper deck, area bar ini 'restricted' bagi kelas ekonomi karena area bar hanya khusus fasilitas para penumpang kelas mahal.

Meski demikian, penumpang kelas ekonomi masih bisa menikmati makanan dan minuman tanpa batas selama di dalam pesawat. Makanan akan diberikan dua kali sebagai main course serta snack time dengan minuman dari jus hingga alkohol yang bisa refill alias free flow.

Tak lupa, Emirates Air ini juga dikenal dengan cabin crew topi merah atau red pillbox hat dengan veil atau scarf putih menjuntai yang ikonik dan memberi signature look Emirates.

Standar cabin crew red pillbox hat dan scarf putih menjuntai ini tak hanya ikonik, tapi dianggap sebagai multinational cabin crew karena menerima banyak pekerja dari lebih 130 kewarganegaraan.

DubaiDubai/ Foto: InsertLive/Dias

Indigo Dubai: Downtown Views of a City That Never Sleeps

Selama di Dubai, InsertLive mendapat kamar nyaman untuk menginap dengan pemandangan jajaran yacht serta sibuknya kota emas yang tak pernah tertidur selama 24 jam.

Hotel Indigo milik IHG ini terletak di Marasi Drive, Business Bay yang dekat dengan pusat perbelanjaan Dubai Mall dan gedung ikonik Burj Khalifa. Perjalanan dari bandara DXB menuju hotel memakan waktu hanya 15 menit dengan jarak sekitar 7 kilometer.

Soal fasilitas, hotel bintang lima ini tak perlu diragukan. Dari kedatangan sampai proses check in semua berjalan mulus dengan staf pekerja yang ramah.

"I guess that you are from Indonesia," kata staf saat InsertLive melakukan proses check in.

Menurut para staf yang ada di hotel, beberapa staf berasal dari Indonesia. Rata-rata pekerja dari Indonesia ini memulai karier di Dubai melalui program magang hingga akhirnya bisa berkarier di industri perhotelan, dari mulai level waitress hingga level manajerial. Tak sedikit pula pekerja di Dubai menikah dengan wanita Indonesia untuk akhirnya menetap di negara berkilau emas tersebut.

Tricky But Promising

Sebagai catatan kecil, proses imigrasi di Dubai untuk kedatangan turis dinilai mumpuni dan helpful. Turis yang pertama datang ke UEA akan melalui proses checking bag dan paspor di beberapa loket.

Para petugas mengenakan seragam khas masyarakat Arab dan bertanya seputar identitas lalu melakukan cek wajah menggunakan teknologi super canggih. Tak makan waktu lama, hanya kurang dari satu menit, turis yang datang diberikan kartu sim cuma-cuma yang bisa diaktivasi langsung secara gratis dengan kuota 10 gb selama 24 jam.

Setelah melalui pengecekan identitas secara cepat tanpa banyak bertanya, seluruh turis yang datang bisa melakukan pengecekan cabin bag atau tas bawaan lainnya untuk menuju ke tempat pengambilan koper.

Di DXB, sebelum turun dari pesawat akan ada pemberitahuan melalui layar di kursi penumpang terkait info loket pengambilan koper. Namun, perlu dicatat bahwa barang-barang 'enteng' yang dibawa masuk bagasi terkadang tidak muncul di loket bersama koper.

Loket pengambilan koper yang berisi seperti stroller atau tas tenteng biasanya akan diarahkan ke loket 3A. Ini menjadi hal tricky yang kadang tidak diinfokan sebelum bertanya bila tas di bagasi belum muncul di loket yang diinfokan.

Seluruh proses berjalan baik dan cepat dengan pelayanan super baik serta informatif tentu dengan seluruh kecanggihan yang ada.

Perjalanan udara selama 8 jam dari Jakarta menuju Dubai dianggap lunas setelah menjelajahi Dubai di bagian pesisir barat atau barat laut dari pusat kota Dubai. 

Hari pertama ini menjadi awal InsertLive diajak berkeliling melihat keindahan pasar modern bagi pelancong yang ingin membeli oleh-oleh tanpa perlu panas-panasan. 

Terletak di dalam kompleks resor Madinat Jumeirah, Dubai, pasar bergaya tradisional Arab ini disebut sebagai ‘Arabian Venice’ karena penuh kanal serta arsitektur bergaya Timur Tengah. Souk Madinat Jumeirah ini menawarkan pengalaman belanja, kuliner dengan banyak resto fine-dining serta kafe view Burj Al Arab hingga hiburan ala Arab klasik. 

Abra Tour: A Glimpse Into Old Dubai

DubaiDubai/ Foto: InsertLive/Dias

Menikmati waktu berkeliling di Souk Jumeirah, dianggap tidak lengkap tanpa mencoba Abra Tour. Abra dalam bahasa Arab diartikan sebagai perahu kayu tradisional. Abra Tour menjadi salah satu atraksi wisata paling disukai para wisatawan meski harus merogoh kocek 100 AED atau setara dengan Rp460 ribu. 

Abra Tour ini digambarkan dengan tur menggunakan perahu tradisional khas Dubai bernama abra yang pada sejarahnya, perahu kayu tersebut digunakan masyarakat lokal menyeberangi Dubai Creek. 

Di Souk Jumeirah ini, atraksi wisata Abra Tour ini berjalan dari kanal-kanal buatan. Para wisatawan yang membeli tiket bisa menyusuri atmosfer ‘old Dubai’ dengan pemandangan kota lama Dubai dari Deira, Bur Dubai, serta Al Fahidi. Atraksi Abra Tour ini dinilai worthy karena turis dibawa melihat menara-menara angin Al Fahidi yang menjadi saksi awal ‘Old Dubai’ tumbuh hingga siluet Burj Al Arab yang gagah dan anggun. 

Tur singkat selama 20 menit ini juga menjadi pengalaman baru bagi para turis melihat kejernihan air berwarna biru kehijauan dengan banyaknya burung-burung beterbangan seperti Laughing Dove, merpati kecil yang dinilai jinak.

Souk Jumeirah dan Abra Tour ini dinilai sangat atraktif bagi turis yang pertama kali datang dengan ambience yang nyaman.

Palm View Jumeirah: Melihat Pulau Buatan di Teluk Persia dari Ketinggian 250 Meter

DubaiDubai/ Foto: InsertLive/Dias

Palm Jumeirah merupakan salah satu ikonik dari Dubai sebagai simbol ambisi serta kemewahan yang ditampilkan sebagai pulau buatan manusia dengan desain luar biasa dengan bentuknya yang khas seperti pohon palem. 

Pulau ini memberikan kombinasi unik antara hunian mewah yang melihat langsung pantai dan laut hingga tempat-tempat yang menunjang luxury lifestyle ala masyarakat Arab. Dalam sejarahnya, proyek ini dibangun dengan proses reklamasi laut yang dimulai sekitar tahun 2001 dengan tahap hunian awal mulai tahun 2006-2007 dengan menawarkan fasilitas mumpuni.

Meski tak bisa langsung mengunjungi Palm Jumeirah secara langsung ke lokasi, InsertLive berkesempatan melihat Palm Jumeirah melalui The View at The Palm langsung dari ketinggian 250 meter. 

The View at The Palm ini menawarkan panorama 360 derajat yang paling ramai dipadati pengunjung menjelang matahari tenggelam. Akses menuju Palm View ini berada di Emirates Mall menuju lantai paling atas untuk membeli tiket dengan harga reguler AED 110 atau setara Rp506 ribu bagi orang dewasa dan AED 75 atau Rp345 ribu untuk anak-anak. 

Selain tiket reguler, ada tiket fast track atau next level dengan harga Rp851 ribu untuk dewasa dan tiket anak seharga AED 125 atau setara Rp575 ribu. Tiket fast track dan next level ini memungkinkan pengunjung untuk bisa langsung naik menuju lantai 52 dan 54 tanpa perlu antre. 

Tak hanya tiket fast track dan reguler, tersedia tiket khusus paket yang biasanya dibeli pengunjung untuk menikmati kopi, makanan, serta sunset dengan pemandangan Palm Jumeirah. 

Namun, perlu dicatat bahwa tiket menuju The View at The Palm Jumeirah ini bervariasi tergantung pada jam kunjungan dan disarankan untuk membeli tiket dengan cara reservasi serta pastikan untuk on-time tiba di lokasi mengingat kepadatan pengunjung.

Saat InsertLive berkunjung, para pengunjung difoto dengan fotografer yang ternyata hasil akhirnya bisa dilakukan dengan scan qr barcode atau hasil cetaknya dibeli saat berada di toko merchandise. Mungkin ini terdengar mirip saat mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah di mana fotografer melakukan pekerjaannya dengan menawarkan foto berbayar bagi para pengunjung. 

Tapi, semua itu akan terbayar lunas saat mengunjungi lokasi pertama di lantai 52 yang kebetulan pada hari biasa tak terlalu dipadati banyak pengunjung. Pada lantai 52 ini pengunjung bisa melihat view luas Palm Jumeirah, Teluk Arab serta Skyline Dubai dengan ketinggian yang stabil. 

Naik dua lantai menuju lantai 54, pemandangan Palm Jumeirah lebih bisa dinikmati karena akses menuju lantai ini tak bisa dinaiki banyak pengunjung yang membeli tiket reguler. 

Mengunjungi The View at The Palm Jumeirah juga tak boleh melewatkan toko merchandise yang dibanderol dari harga AED 25 atau setara Rp115 ribu sampai Rp460 ribu. 

Gerbou Restaurant: Resto Michelin di Pemukiman Kecil yang Tenang 

DubaiDubai/ Foto: InsertLive/Dias

Dubai tahun 2025 ini tercatat memiliki 119 restoran yang masuk dalam Michelin Guide. Dari jumlah tersebut, tercatat ada dua restoran yang mendapat bintang tiga Michelin, tiga restoran memiliki dua bintang Michelin, serta 14 restoran yang menerima satu bintang Michelin. 

Dari daftar tersebut, nama Gerbou Restaurant paling sering dibahas meski tidak menerima bintang. Namun, Michelin memasukkan resto kolaborasi Atelier House Hospitality dan Sheikha Lateefa bint Maktoum pendiri Tashkeel, lembaga seni, desain, dan inkubator kreatif tersebut ke dalam selected atau recommended resto. 

Dalam kacamata Michelin, Gerbou cocok dilihat sebagai restoran kualitas tinggi sebagai good dining bukan fine dining ultra-premium yang menerima bintang Michelin. Gerbou dalam sejarahnya diartikan sebagai sambutan tradisional dalam budaya Arab yang diartikan selamat datang di rumah sederhanaku. Makna ini seolah menggambarkan bahwa Gerbou ingin pengunjung feels like home bukan seperti sebuah restoran mahal dan mewah.

Gerbou Restaurant berada di kawasan Nad Al Sheba, Dubai yang dikenal dengan pemukiman kecil yang tenang dengan ambience nyaman serta quietly. Memasuki Gerbou, InsertLive dibuat takjub dengan bangunan ikonik khas lokal. Bangunan yang dibangun tahun 1987 dibangun kembali untuk dijadikan resto sebagai representasi baru dari tradisi kuliner khas Arab demi menghormati heritage serta cita rasa lokal yang dipadukan dengan pameran instalasi seni.

Meski tak menerima bintang Michelin, Gerbou masuk dalam daftar World’s Most Beautiful Restaurants 2025 oleh Prix Versailles, penghargaan internasional untuk resto dengan desain dan interior terbaik. Hal ini menjawab bagaimana desain dan pembuatan interior Gerbou yang memiliki filosofi di setiap sentuhannya. 

Meja resepsionis Gerbou dibuat dari batang pohon ghaf asli bukan dari kayu impor atau material massal sebagai simbol penghormatan pada alam, lokalitas, serta akar lingkungan. Selain itu, ada pula karya dari limbah laut yakni kulit ikan untuk membuat lampu gantung sebagai komitmen pada keberlanjutan dan penghormatan pada allam serta industri lokal.

Gerbou seolah menampilkan bahwa sebuah restoran tak harus terkesan classy dan elegan dengan bahan premium melainkan sebagai jembatan masa lalu dan masa kini yang mengedepankan pemanfaatan dari limbah maupun sisa sampah yang bisa didaur ulang. 

Bicara soal makanan, Gerbou menawarkan underground pit cooking, cara masak yang tradisional dengan aroma smoky khas. Ada berbagai menu yang ditawarkan dari sharing plates, ala carte, serta dessert yang salah satu menunya, Sagu Puding dimasak langsung oleh koki dari Indonesia. 

InsertLive mencicipi beberapa makanan rekomendasi sharing platter. Menu pertama merupakan Mezze Board, Gerbou Grilled Platter, dengan menu ala carte Grilled Steak. Untuk dessert, menu yang dicicipi InsertLive adalah Mastika Ice Cream, Sago Pudding  serta Gerbou Artisanal Date and Yogurt Gelato. Tak lupa dengan minuman dengan bahan utama kurma yakni Date Mocktail.

DubaiDubai/Mezze Board, makanan khas Gerbou Restaurant/ Foto: InsertLive/Dias

Mezze Board, Main course sharing platter ini berisi dari ragam chips renyah yang dibuat dari sayuran dan roti pita tipis dengan aneka dip atau cocolan yang berbahan dasar kacang, yoghurt, hingga rempah aromatik khas kawasan Levant. 

Gerbou Grilled platter, Platter ini berisi sajian grilled selection khas Gerbou berisi potongan daging atau seafood yang dimasak dengan teknik presisisi lalu dibumbui spice rub khas Emirati. Pilihan daging terdiri dari domba, ayam, sapi, hingga seafood. Aroma khas dalam makanan ini cukup berasa pada rasanya smoky. 

Harga yang dibanderol cukup beragam dimulai dari AED 120 atau setara Rp552 ribu.

Grilled Steak, pada umumnya steak daging ini sama seperti steak biasanya. Tetapi, kualitas premium daging serta aroma smoky pada daging sangat terasa pada gigitan pertama. Dagingnya tampak empuk dan juicy saat pertama kali dicicipi. 

Selain itu, bumbu minimalist seasoning seperti garam, lada, serta sentuhan minyak premium agar kualitas daging sempurna tampak kental ditambah dengan bumbu ringan yang dianggap sebagai makanan ‘hidden gem’ di Gerbou.

Mastika Ice Cream, Mastika atau Mastiha adalah resin aromatik asal Yunani dengan rasa unik, manis, floral dan sedikit herbal. Es krim ini sangat wangi dengan karakter rasa clean, dingin, serta creamy. 

Gerbou Artisanal Date and Yogurt Gelato, Dubai tentu lekat dengan kurma. Gerbou memadukan kurma premium UEA dengan yogurt artisanal yang membuat caramel-like berpadu keasaman lembut yoghurt dengan harmoni rasa manis dan segar.

Disajikan dengan presentasi minimalis yang menonjolkan warna natural kurma, makanan penutup ini menjadi cocok bagi pecinta rasa lokal yang lebih modern dan tidak terlalu manis.

Date Mocktail, Meski namanya mocktail, minuman non-alkohol yang menggunakan kurma ini memberikan rasa manis alami dengan karakter khas Timur Tengah. Rasa minuman ini menjadi salah satu minuman yang sering dipesan pengunjung saat datang ke Gerbou.

Bergeser dari Dubai sisi barat, InsertLive bergerak ke area pusat kota modern penuh gedung pencakar langit hingga pusat perbelanjaan terbesar di dunia. Downtown menjadi area strategis karena menjadi pusat aktivitas wisata serta kehidupan kota Dubai yang tak pernah tidur. 

Museum of the Future: Welcome 2071

DubaiDubai/ Foto: InsertLive/Dias

Museum of the Future menjadi salah satu daya tarik wisatawan saat mengunjungi Dubai. Dilihat dari bentuk bangunan, Museum of the Future berbentuk torus (cincin atau lingkaran) tanpa tiang penyangga di tengah dengan fasad logam berlapis dan dihiasi kaligrafi Arab dari tiga kutipan terkenal dari Sheikh Mohammed terkait manifestasi serta ambisi Dubai akan masa depan bahwa kreativitas, inovasi, serta desain menjadi kunci membangun masa depan.

We may not live for hundreds of years, but the products of our creativity can leave a legacy long after we are gone. 

The future belongs to those who can imagine it, design it, and execute it. The future does not wait. The future can be designed and built today.

The secret of the renewal of life, the development of civilization and the progress of mankind lies in one word: innovation.

Tiga kutipan tersebut ditaruh dalam bangunan Museum of the Future sebagai arsitektur modern yang digabungkan dengan warisan budaya. Kaligrafi tak lagi hanya hiasan tetapi sebagai metafor masa depan yang tampak terlihat di dalam museum untuk dibangun atas pondasi bahasa, budaya, serta visi. 

Berada di Sheikh Zayed Rod, bentuk bangunan torus atau cincin gedung Museum of the Future itu dilambangkan sebagai umat manusia, lalu bagian bawah torus difilosofikan sebagai bumi, serta void yang diartikan sebagai masa depan. Desain kaligrafi ini dibuat seniman Emirat Mattar bin Lahej yang menggunakan gaya kaligrafi Thuluth, skrip yang dikenal megah dan artistik yang cocok dengan karya arsitektur monumental. 

Tak hanya desain yang megah dan berfilosofi, Museum of the Future ini menarik perhatian wisatawan karena kecanggihan teknologi di dalamnya serta gaya storytelling di tiap level yang tak membosankan. Pengunjung diajak untuk masuk ke masa depan pada tahun 2071 di mana seluruhnya menggunakan kecanggihan teknologi kecerdasan buatan. 

Ada lima level di Museum of the Future yang dibuka untuk publik dari lantai satu hingga lima. Pada lantai 1, Future heroes dipusatkan untuk ruang ramah anak yang bisa dieksplorasi lebih jauh melalui aktivitas interaktif ‘misi masa depan’ dengan berbagai kegiatan edukatif serta kreatif untuk mengenalkan konsep inovasi dan masa depan. 

Lantai 2, Tomorrow Today, area pameran publik ini berpusat pada teknologi masa kini dan masa depan yang dekat. Ditampilkan berbagai inovasi dari konsep transportasi masa depan seperti taksi listrik serta robot yang membantu pekerjaan manusia. Area ini juga mengarah langsung pada viewing deck, spot foto dengan latar bangunan ikonik Museum of the Future. 

Naik ke lantai 3, Al Waha, area ini menjadi favorit pengunjung karena menjadi ruang relaksasi, refleksi, serta detoks digital yang didesain serba canggih dengan penuh teknologi mumpuni. Ada berbagai ruang terapi serta mediasi dari terapi sensori, meditasi, ruang relaksasi, serta interaksi menenangkan. Area ini cocok untuk sekadar rehat sejenak dan melihat bagaimana kecanggihan teknologi berkembang di masa depan. 

Lantai 4, The Heal Institute, area ini berkembang pada ekologi, keanekaragaman hayati, serta masa depan lingkungan bumi. Ada ruang pameran ‘Vault of Life’ yakni perpustakaan DNA dengan ribuan spesies hewan, tumbuhan, laut, manusia, hingga serangga dengan gambaran singkat soal pentingnya konservasi dan keberlanjutan. 

Pada Lantai 5, OSS Hope - Orbital Space Station, area ini menjadi langkah awal pengunjung masuk ke Museum of the Future. Pengunjung masuk ke dalam lift yang didesain mirip ruang stasiun orbit pada tahun 2071 dengan simulasi peluncuran, pemandangan bumi dari jendela shuttle, pameran teknologi ruang angkasa serta masa depan eksplorasi manusia luar angkasa dengan sensasi futuristik mumpuni.

Sementara itu, lantai 6 menjadi area restricted yang biasa digunakan untuk area VIP atau privat dan di lantai 7 digunakan sebagai ruangan untuk acara. 

Tiap level dirancang sebagai perjalanan naratif masa depan dari luar angkasa di lantai 5, turun ke bumi dan lingkungan di lantai 4, ke arah kesejahteraan manusia di lantai 3, bergerak ke teknologi sekarang dan masa depan di lantai 2 dan berinteraksi dengan masa depan generasi muda di lantai 1. 

Museum ini cocok bagi keluarga karena terdapat area bermain anak. Tiket bisa dipesan secara online maupun offline dengan harga AED 169 atau sekitar Rp767 ribu. Disarankan untuk membeli tiket secara online dan datang sesuai jam kunjungan yang dipilih demi menghindari kepadatan pengunjung. 

At The Top of Burj Khalifa: Up to 828 Meters

DubaiDubai/ Foto: InsertLive/Dias

Bergerak dari 2071, InsertLive diajak berkeliling melihat gedung pencakar langit tertinggi di dunia dengan total ketinggian 828 meter yang menjadi ikon modern Dubai dan simbol arsitektur futuristik. 

Burj Khalifa masih berlokasi di kawasan Downtown Dubai di Sheikh Mohammed bin Rashid Boulevard. Gedung ini menggabungkan fungsi hunian, hotel, perkantoran, serta observasi. Lantai dasar sampai menengah digunakan untuk Armani Hotel Dubai atau Armani Residences, apartemen, serta hunian pribadi bagi masyarakat kelas atas. Lantai menengah ke atas digunakan untuk kantor atau corporate suites.

Desain Burj Khalifa terinspirasi dari motif bunga gurun (dessert lily) yang diadaptasi ke bentuk spiral bertingkat. Bangunan ini dibuat spiral untuk membantu stabilitas pada angin dan cuaca dan memberikan estetika arsitektural khas. 

Gedung ini memiliki beberapa lift berkecepatan tinggi sekitar 10 meter/detik yang menjadikannya sangat efisien serta dramatis saat naik ke level-level atas di lantai 124 sampai lantai 154. 

InsertLive mendapat kesempatan untuk naik langsung ke lantai 124 dan 125 dengan ketinggian 452 sampai 456 meter. Area ini menjadi observasi umum dengan panorama 360 derajat kota Dubai. Tampak laut dan gurun di kejauhan dengan teleskop atau pembesar pandang, serta multimedia show terkait sejarah dan pembangunan Dubai. Harga tiketnya mulai dari AED 169 atau setara Rp777 ribu hingga AED 199 setara Rp915 ribu tergantung pada waktu pemesanan dan slot pengunjung.

Pengunjung bisa menikmati deck view lebih premium dan privat hingga ke lantai 154 dengan ketinggian 828 meter.

House of Hype: Simply Playland in Biggest Mall

House of Hype ini merupakan taman bermain indoor serta pusat hiburan imersif di tengah The Dubai Mall, di level Fountain Views atau Chinatown. Ruang di House of Hype ini didesain sebagai gabungan dari dunia digital dan fisik dengan instalasi seni, efek cahaya, panggung interaktif, games serta area konten kreator. 

Dalam area House of Hype ini terdapat ruangan dengan visual futuristik dari neon city, glowing gardens dengan lebih dari 50 zona permainan dari arcade, VR/AR, hingga pengalaman motion-tracking dan scavenger hunts digital. Uniknya, para staf di House of Hype ini berpakaian teatrikal dan unik dengan sejumlah surprise performance. 

Disarankan untuk memiliki banyak waktu luang untuk bisa berjelajah lebih jauh di dalam House of Hype dan hindari datang saat weekend demi menghindari kepadatan pengunjung. 

Ain Dubai: Roda Raksasa di Ketinggian 250 Meter

DubaiDubai/ Foto: InsertLive/Dias

Ain Dubai atau Mata Dubai ini dianggap bersaing dengan London Eye. Atraksi wisata ini menawarkan sensasi menaiki ferris wheel tertinggi di dunia sekitar 250 meter. Terletak di Bluewaters Island, Ain Dubai berada di kawasan Dubai Marina, UAE. 

Atraksi wisata ini menjadi ikonik karena menawarkan panorama spektakuler dengan views 360 derajat. Kabin dalam Ain Dubai berbentuk kapsul yang berjalan perlahan dengan durasi waktu 38 menit. 

Ain Dubai menjadi salah satu landmark Dubai yang wajib dikunjungi karena memberikan pengalaman berbeda dari atraksi wisata lainnya karena bisa mellihat keindahan Dubai dari sisi lain. 

Selain itu, ditampilkan pula Drone Show Festival yang menampilkan sejumlah gambar dari mulai bendera UAE hingga potret wisata serta landmark ternama di UAE.

Dubai tak melulu dilihat dari gedung-gedung pencakar langit yang megah. Akan selalu ada sisi lain dari luxury yang selalu terpancar. Di bagian utara Dubai, ada bagian Dubai yang dinamakan Old Dubai yang menjadi sejarah mata pencaharian masyarakat Dubai serta cikal bakal Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum mengenyam pendidikan di kawasan Deira atau Al Ras.

Sejarah tersebut membuat Sheikh Mohammed membudayakan Old Dubai sebagai warisan dunia yang mengambil peran sebagai hidup dari anggota keluarga penguasa Dubai. Old Dubai terletak pada bagian utara yang diapit dari creek atau sungai.  

Ada dua bagian, Bur Dubai di sisi barat Creek serta Deira sisi timur. Area Old Dubai ini menampilkan sisi lain kemegahan Dubai dari area gedung pencakar langit dan tempat ikonik lain yang berada di bisingnya dan padatnya area Downtown Dubai.

Il Shindaga: Sejarah Dubai dari Laut hingga Penguasa Dunia

DubaiDubai/ Foto: InsertLive/Dias

Shindaga merupakan areal komplek museum yang merangkum asal-usul kota Dubai yang dimulai dari kampung nelayan, pelabuhan mutiara, hingga bertransformasi modern yang dikenal dunia. 

Areal ini terdiri dari sejumlah bangunan restorasi di tepi Dubai Creek dari fase-fase perkembangan pesat kota. InsertLive diajak berkeliling untuk melihat sejarah Dubai yang menghasilkan mutiara. Para nelayan menyelam dan mengambil kerang mutiara sebagai sumber penghidupan utama serta pusat perekonomian bagi masyarakat pesisir di Dubai. 

Puncak kejayaan perdagangan mutiara meningkat pada tahun 1800 hingga awal 1900-an sebelum akhirnya menurun setelah Jepang ikut menghasilkan mutiara alami sehingga Dubai sulit bersaing soal harga. Tahun 1930, industri perlahan berubah dari mutiara menjadi minyak yang hingga saat ini membuat Dubai kaya raya.

Dalam areal komplek Shindaga, pengunjung akan diajak berkeliling melihat Perfume House yang akrab dengan tradisi orang Arab. Orang Arab dikenal dengan aroma wangi yang kuat dan menyengat di hidung. Hal itu lumrah karena masyarakat Arab memiliki sapaan khas. Pria selalu bersalaman dengan menempelkan hidung ke hidung sementara wanita mencium leher.

Hal itu membuat wanita dan pria di Arab menyemprotkan wewangian berlebih di ujung hidung, leher, serta seluruh badan agar aroma tubuh saat bertemu keluarga menjadi hangat dan wangi. Di Arab, bahan-bahan parfum dibuat dari segala yang tradisional. Dari oud, amber, musk, saffron, rose, serta frankincense. Semua bahan itu diolah dengan cara tradisional demi bisa mendapat wewangian yang khas dan dijual kembali dengan harga tinggi yang dilihat dari tingkat kesulitan pembuatannya. 

Selain Perfume House, InsertLive diajak berkeliling melihat kediaman lama dari Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum yang mewah dengan pendingin udara khas Barjeel atau yang biasa disebut Bardjin. Menara ini menjadi sistem pendingin tradisional di rumah-rumah lama Dubai. Cara kerja barjeel ini menangkap angin dari arah mana pun lalu angin dialirkan ke ruang bawah rumah untuk menciptakan ventilasi silang. 

Sementara angin dingin masuk, udara panas di dalam rumah akan naik ke atas dan keluar untuk berganti dengan udara sejuk. Menara ini dibuat dari dinding tebal gypsum, coral stone, serta kapur yang bisa menahan panas.

Sensasi berkeliling Shindaga Museum ini diakhiri dengan Coffee Experience dengan mencicipi kopi khas Arab dengan cara berkumpul seperti Majlis sambil menikmati kurma. Menariknya, kopi yang dituang tidak boleh penuh karena menjaga obrolan lebih lama. Bila kopi sudah habis dan ingin menambah berikan gelas dengan memajukan tangan. Namun, bila tak ingin kopi lebih lanjut, goyangkan gelas yang artinya kopi cukup.

Al Seef Souq: Warisan Budaya hingga Cikal Bakal Penguasa Dubai

Al Seef Souq lekat dengan kehidupan Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum. Penguasa Dubai itu pernah mengenyam pendidikan di kawasan Deira atau Al Ras. Menurut cerita masyarakat lokal, Sheikh dulu bersekolah di kawasan Deira yang kini dibudidayakan menjadi warisan budaya.

Sebenarnya, Al Seef Souq hanya merupakan destinasi wisata budaya, kuliner, belanja, serta hiburan dengan pemandangan ala Dubai lama yang terpisah dari creek atau sungai. Arsitektur klasik Arab tradisional dengan gang sempit atau sikkas ini menjadi daya tarik asing untuk berjalan di sepanjang Al Seef Souq untuk berbelanja kacang hingga kopi tradisional Arab. 

Sama seperti pasar pada umumnya, di Al Seef Souq, pengunjung bisa melakukan tawar-menawar dengan penjual untuk menemukan harga yang cocok. Tips penting lainnya, jelaskan tujuan berbelanja dan biasanya para penjual akan memberikan harga miring bila membeli dalam jumlah banyak. 

SMCCU: Islam di UEA dari Segala Sisi

DubaiDubai/ Foto: InsertLive/Dias

Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum Centre for Cultural Understanding atau SMCCU adalah organisasi non-profit yang bertujuan untuk membuka mata dunia bagaimana budaya Arab dari adat-istiadat, tradisi, serta agama Islam melalui slogan ‘Open Doors. Open Minds’.

Didirikan pada tahun 1998 di bawah Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, SMCCU dibangun di kawasan Al Fahidi Historical Neighbourhood yang menjadi kawasan tertua serta bersejarah di Bur Dubai.

SMCCU menyediakan berbagai program budaya interaktif dari cultural meals atau makan budaya serta diskusi interaktif soal budaya, etika, serta tradisi lokal di Arab sambil menikmati kopi Gahwa serta teh asli Arab. Selain itu, diskusi program dilanjutkan dengan mencoba langsung baju wanita seperti Abaya dan jubah pria Kandoura yang memiliki ciri khas tassel atau tali kecil di dada bagian depan.

Sambil berdiskusi, SMCCU akan menyediakan sejumlah menu dari Machboos, nasi berbumbu saffron atau rempah yang dicampur daging, lalu Harees, gandum yang dimasak dengan daging hingga lembut. Untuk kuah, ada Salata Hara yakni salah tradisional mirip kari yang berisi sayuran segar.

Ada pula makanan manis seperti Luqaimat atau bola adonan manis yang digoreng dan disiram sirup kurma serta kurma dan Umm Ali yakni puding roti manis khas Arab dengan isi kismis, susu dan krim, kacang-kacangan dari pistachio hingga almond dan aromanya mirip air mawar.

La Perle: Mutiara UEA

DubaiDubai/ Foto: InsertLive/Dias

La Perle by Dragone merupakan pertunjukan teater akuatik permanen pertama di Timur Tengah yang dipentaskan langsung di Al Habtoor City, Dubai. Pertunjukkan ini merupakan kombinasi dari seni akrobatik, aksi udara, atraksi air dengan visual teknologi tinggi super canggih serta efek panggung spektakuler yang dirancang untuk pengalaman menonton kelas dunia.

Dalam bahasa Prancis, La Perle berarti mutiara yang menjadi simbol sejarah UAE mencari nafkah dengan menyelam ke laut untuk mencari mutiara serta makna budaya, air, perjuangan, serta transformasi. La Perle dibuka perdana pada Agustus 2017 yang dirancang langsung oleh Franco Dragone sebagai perpaduan seni, teknologi, serta pengalaman emosional bagaimana ambisi Dubai dari sejarah mutiara menjadi modernitas di masa depan. 

Meski tanpa dialog, cerita La Perle ini sangat dinikmati para turis dengan pemandangan panggung yang megah dan mewah. Panggung pusat dipenuhi air hingga 2,7 juta liter yang setara satu kolam renang besar. Air bisa muncul dan menghilang dalam hitungan detik, mengubah panggung dari kering menjadi basah dalam sekejap. 

Pertunjukkan berdurasi sekitar 90 menit tanpa jeda ini menjadi signature experience Dubai yang sering direkomendasikan sebagai atraksi utama di dalam gedung pencakar langit.

Di balik gemerlap kemewahan gedung pencakar langit, Dubai ingin memberikan pengalaman kuliner melalui petualangan unik dengan berjelajah ke gurun di dalam komplek royal family.

Andaliman Restaurant: Redefining Indonesian Cuisine as Fine Dining

DubaiDubai/ Foto: InsertLive/Dias

Masih di dalam gemerlap kota Dubai di balik gedung pencakar langit di kawasan One Za’abeel, terselip restoran yang bisa membuat rindu wisatawan Indonesia setelah berhari-hari mencicipi makanan kuliner Arab.

Andaliman Restaurant, diambil dari rempah khas Sumatera Utara yang memiliki aroma citrusy unik dengan sedikit rasa ‘numbing’ sebagai simbol keberanian rasa dan keberagaman kuliner Nusantara. 

InsertLive berkesempatan mengunjungi Andaliman di tengah waktu makan siang untuk mencicipi sambal keunggulan Andaliman yang dihidangkan dari mulai Sambal Gila, Sambal Andaliman, Sambal Colo Colo, Sambal Hijau, hingga Sambal Matah. 

Sambal Andaliman sendiri terinspirasi dari rempah Sumatera Utara yang memiliki nuansa pedas dan cocok dimakan dengan ayam bakar, ikan bakar, serta rendang. Sambal ini dibawa langsung dari Sumatera untuk diolah dan diperkenalkan sebagai salah satu best food di Dubai. 

Selain persambalan, InsertLive juga berkesempatan mencicipi sejumlah makanan best seller yang sering dipesan di Andaliman dari Gado-gado, Ikan Bakar Kakap Merah seberat 1 Kg, Satay Sapi Maranggi-Lilit-Ayam, Perkedel dengan saus tar-tar kepiting dan tuna, Rendang, Kwetiauw, Tumis Kangkung serta dessert Es Teler Campur, Dadar Guling, hingga Ketan Hitam.

Semua masakan akan tampak terlihat dengan konsep open cooking serta pelayanan para staf yang membuat nyaman para pengunjung. 

Menariknya, resto yang biasa menjamu pada pejabat pemerintahan ini hampir seluruh karyawannya adalah warga asli Indonesia. Dari mulai general manager hingga koki utama. Hal ini membuat setiap wisatawan Indonesia yang datang ke Andaliman mendapat kehangatan dan kenyamanan feels like home. 

Desert Safari Platinum Heritage Tour: Living Like Royalty for a Day

DubaiDubai/ Foto: InsertLive/Dias

So today, you’ll live like a member of the Royal Family.

Kalimat ini diutarakan saat InsertLive berkesempatan mengunjungi Dessert Safari atau pengalaman menjelajahi gurun pasir yang masih asri dengan pelestarian hewan asli gurun.

Dubai pada awal tahun 1990-an memang masih berupa gurun pasir. Namun, kini bangunan pencakar langit mulai memenuhi area kota di kawasan Downtown. Meski demikian, Dubai tetap melestarikan keaslian gurun pasir yang dikenal memancarkan langit indah saat sunset. 

Tur Dessert Safari Platinum Heritage ini membawa pengunjung menikmati gurun pasir dengan duduk di atas dune bashing 4x4 sambil merasakan angin gurun hangat. Selain itu, para pengunjung akan lebih dulu memilih scarf untuk dipakai pada kepala untuk terlihat sebagai ‘warga lokal’. 

Perjalanan menjelajahi gurun akan memakan waktu sekitar 20 menit di mana setiap perjalanan akan berhenti selama 5 menit bila ada binatang asli gurun tampak terlihat. Hal ini memberikan sensasi berjelajah di gurun pasir seperti sebuah petualangan tak terlupakan. 

Selain itu, pengunjung diajak melihat Falcon Camp. Falcon di UEA sendiri merupakan simbol status, warisan, serta identitas nasional. Mulanya, Falcon digunakan sebagai alat berburu untuk mendapatkan makanan di gurun tandus. 

Namun, Falcon saat ini dilestarikan dengan cara dilatih menggunakan teknologi tinggi yang dilihat dari GPS tracker hingga monitoring kesehatan digital. Selama menyaksikan Falcon Camp, pengunjung akan mencicipi Vimto atau jus mix berry dengan teh mawar yang hangat. 

Setelah Falcon Camp, pengunjung akan diajak ke Camp yang terdiri dari sejumlah station yang bisa dikunjungi dari pembuatan henna, camel ride, hingga mencicipi shisha. Untuk camel ride, seluruh unta yang digunakan adalah laki-laki. Perjalanan unta hanya memakan waktu sekitar 8 menit tetapi sensasi menaikinya menjadi keunikan tersendiri. 

Makan di camp dessert safari tampak lokal dengan Lenthile Soup yang dimakan dengan roti pita hangat, cheese puff, hummus berupa kacang chickpea yang lembut dengan minyak zaitun dan rempah lainnya. Ada pula Baba Ganoush yang terbuat dari terong panggang dan dihaluskan dengan minyak zaitun dan bumbu timur tengah. 

Untuk penyuka sayuran ada salad segar serta sayuran pickle yang terdiri dari tomat, mentimun, paprika, serta daun segar dan dibumbui minyak zaitun, lemon serta rempah. Ada pula acar timur tengah seperti pickled turnip atau labu. 

Selain cheese puff dan roti pita, ada pula mini kebabs atau meat skewers yang diisi daging panggang kecil sebagai appetizer. Sementara untuk makanan utama tersedia daging-dagingan dari kambing, ayam, serta daging unta. Tekstur daging unta ini seperti sapi hingga daging sapi biasanya akan digantikan dengan daging unta. 

Untuk minuman, tersedia berbagai jenis jus yang berwarna merah, putih, hitam, serta hijau sebagai lambang dari bendera UEA. Tersedia juga susu asli unta yang rasanya gurih seperti susu sapi ditambahkan mentega cair. Tak lupa tersedia pula Luqaimat tau donat kecil khas Arab mirip gemblong dengan disirami kuah sirup kurma. 

Perjalanan tersebut diakhiri dengan sejumlah atraksi tarian Tanoura yang merupakan tarian tradisional pria Arab yang menjadi simbol spiritualitas dan budaya lokal. Tak hanya itu, ada pula atraksi yang mengajak wisatawan untuk ikut bergabung yakni tabuh gendang Arab (Darbuka/Tabla) serta rebana. 

Para pengunjung diajak berkeliling dengan ritme gendang cepat dan dinamis untuk menciptakan suasana meriah di gurun dan menambah sensasi saat makan malam di gurun sambil menunggu bintang bertaburan. Perjalanan ini berakhir setelah semua tur dilakukan untuk akhirnya bisa kembali ke meeting point utama. 

Menariknya, di tengah pemandangan gurun pasir yang menakjubkan, terselip berbagai rumah besar dengan penjagaan ketat yang disebutkan milik dari rumah orang kaya UEA, termasuk dari royal family. Meski belum ditemukan fakta aslinya, rumah-rumah di besar di sekitaran gurun pasir ini biasanya memiliki area yang luas dengan jalan menuju gerbang yang jauh dari bisingnya jalan raya.

Tak heran, bila benar rumah-rumah di dekat gurun pasir ini milik kerabat royal family maupun orang-orang kaya di UEA, rumah tersebut tampak tertutup dengan pagar-pagar tinggi yang tak memungkinkan sembarang orang bisa masuk karena penjagaan yang super ketat. 

 

(dis/fik)
1 / 5
Loading
Loading
ARTIKEL TERKAIT
detikNetwork
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
BACA JUGA
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER